Air sebagai media hidup ikan merupakan pokok utama kegiatan pendederan ikan sehingga setiap saat perlu diadakan pengontrolan kualitas dan kuantitas air. Karena metabolisme tubuh dan kondisi ikan sangat erat kaitannya dengan parameter air maka agar ikan dapat tumbuh secara optimal harus diketahui dan dilakukan pemeriksaan kualitas dan kuantitas air sesuai persyaratan untuk pendederan ikan.
Persyaratan teknis kualitas air
Air merupakan kebutuhan mutlak bagi ikan karena air merupakan media tempat hidup ikan. Namun demikian, tidak semua air dapat digunakan untuk pembenihan ikan air tawar. Sumber air untuk pendederan di kolam dapat berasal dari sungai, irigasi, dan mata air yang mencukupi debit air permukaan minimal 20 liter/detik. Sumber air dapat mengairi kolam pendederan sepanjang tahun. Sumber air yang digunakan untuk pembenihan ikan air tawar harus memenuhi persyaratan baik sifat fisik, kimia maupun biologis. Sifat fisik air merupakan tempat hidup dan menyediakan ruang gerak bagi benih ikan air tawar. Sifat kimia merupakan penyedia unsur hara, vitamin, mineral, gas-gas terlarut dan sebagainya pada ikan. Sifat biologi air merupakan media untuk kegiatan biologis dalam pembentukan dan penguraian bahan-bahan organik. Sehingga kondisi ketiga hal tersebut harus sesuai dengan persyaratan untuk hidup dan berkembangnya ikan yang dipelihara.
Baca Juga : Penting Untuk diketahui dalam pemberian Pakan Alami dan Buatan untuk larva ikan agar tidak rugi
1. Sifat fisik air
Sifat fisik air yang banyak berperan dalam pendederan ikan air tawar adalah suhu air, warna air dan Kecerahan/kekeruhan (turbidity).
a. Suhu air
Suhu air merupakan salah satu sifat fisik yang perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan ikan. Secara garis besar, suhu perairan dapat mempengaruhi kegiatan metabolisme, perkembangbiakkan, pernapasan, denyut jantung dan sirkulasi darah, kegiatan enzim dan proses fisiologi lainnyan pada ikan dan organisme perairan lainnya. Keadaan ini jelas terlihat dari jumlah plankton di daerah yang beriklim sedang relatif lebih banyak dibandingkan pada perairan di daerah tropis. Ini karena pada daerah yang beriklim panas, proses perombakan berlangsung sangat cepat sehingga tidak mencapai jumlah yang besar.
Selain mempengaruhi pertukaran zat seperti yang telah disinggung di atas, suhu juga akan mempengaruhi kadar oksigen yang terlarut dalam air dan daya racun suatu bahan pencemar. Semakin tinggi suhu suatu perairan semakin sedikit oksigen terlarut di dalamnya sedangkan kebutuhan oksigen setiap 10ºC oleh organisme perairan naik hampir dua kali lipat. Contoh lain yakni daya racun potasiumsianida terhadap ikan akan naik dua kali lipat setiap kenaikkan suhu 10ºC. Sesuai hukum Van Hoff bahwa untuk setiap perubahan kimia, kecepatan reaksinya naik dua sampai tiga kali lipat setiap kenaikkan suhu sebesar 10ºC.
Setiap organisme mempunyai persyaratan suhu maksimum, optimum dan minimum untuk hidupnya serta mempunyai kemampuan menyesuaikan diri sampai suhu tertentu. Secara alamiah ikan mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan suhu. Suhu yang baik untuk pendederan ikan air tawar berkisar antara 25 - 30ºC.
b. Kecerahan/Kekeruhan (turbidity)
Besarnya cahaya matahari langsung yang jatuh pada suatu tempat tergantung pada musim, letak geografis, waktu, sudut jatuh, tinggi tempat dari permukaan laut dan keadaan atmosfer. Cahaya yang jatuh pada permukaan air sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi diserap ke dalam air. Cahaya yang diserap inilah yang akan menentukan kecerahan suatu perairan.
Kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan adalah kecerahan dengan jumlah cahaya matahari yang masuk tidak terlalu besar sehingga proses fotosintesis dapat berjalan seimbang dan jumlah fitoplankton memadai untuk kehidupan ikan. Nilai kekeruhan antara 25 – 100 NTU. Kekeruhan air dapat terjadi karena plankton, suspensi partikel tanah atau humus. Kekeruhan karena suspensi koloid tanah/lumpur, terlebih lagi bila ditambah dengan adanya hidroksida besi, maka akan sangat berbahaya bagi ikan karena partikel tersebut dapat menempel pada insang sehingga insang dapat rusak dan mengakibatkan terganggunya pernapasan ikan.
Kekeruhan yang diakibatkan oleh partikel zat padat dalam jumlah besar juga dapat menghalangipenetrasi cahaya matahari ke dalam air, sehingga akan mempengaruhi proses fotosintesis serta pertumbuhan tanaman air dan fitoplankton yang hidup di dalamnya. Akibatnya tanaman air dan fitoplankton sebagai persediaan pakan alami ikan dan penyedia oksigen terlarut yang dibutuhkan ikan untuk proses respirasi (pernapasan) dalam air berkurang. Kekeruhan yang diharapkan adalah kekeruhan oleh kepadatan plankton, karena plankton dapat dimanfaatkan ikan sebagai makanan alami, bahkan plankton kelompok nabati (phytoplankton) dapat membantu menyerap senyawa yang berbahaya bagi ikan antara lain menyerap amonia secara langsung dan menyerap nitrit secara tidak langsung. Selain itu phytoplankton merupakan produsen oksigen yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan ikan dalam air.
c. Warna Air
Warna air di perairan dipengaruhi oleh faktor kecerahan/kekeruhan, bahan-bahan yang melayang baik hidup maupun yang mati, kualitas cahaya yang masuk keparairan, warna langit dan warna dasar perairan. Makin bening suatu perairan makin dalam pula cahaya yang dipantulkan mencapai mata
Warna air yang terlihat sering tidak membahayakan kehidupan ikan, kecuali oleh bahan pencemar beracun seperti asam humus. Komponen-komponen sistem perairan paling banyak menentukan warna suatu perairan. Warna hijau (hijau tua) sering dipengaruhi oleh alga biru. Warna kekuning-kuningan atau coklat oleh diatomae, warna merah oleh zooplankton, warna hijau atau coklat kuning disebabkanoleh humus dan warna coklat tua oleh bahan-bahan organik. Bahan organik juga sering memberikan warna-warna tertentu seperti kalsium karbonat memberikan warna kehijau-hijauan, belerang dapat memberikan warna hijau dan besi oksida memberikan warna merah.
2. Sifat kimia air
Sifat kimia air yang banyak berperan adalah oksigen terlarut, kandungan karbondioksida bebas (CO2 ), pH air (derajat keasaman), alkalinitas, amonia (NH3 dan NH4), asam sulfida (H2S) dan salinitas,
a. Oksigen (O2) terlarut
Oksigen terlarut dalam air sangat menentukan kehidupan ikan, bila kadar oksigen rendah dapat berpengaruh terhadap fungsi biologis dan lambatnya pertumbuhan, bahkan dapat mengakibatkan kematian ikan. Oksigen juga tidak hanya berfungsi untuk pernapasan (respirasi) ikan, tetapi juga untuk penguraian atau perombakan bahan organik yang ada di dasar kolam. Konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan mengalami fluktuasi selama sehari semalam (24 jam). Konsentrasi terendah terjadi pada waktu subuh (dini hari) kemudian meningkat pada siang hari dan menurun kembali pada malam hari. Perbedaan konsentrasi oksigen terlarut tertinggi terdapat pada perairan yang mempunyai kepadatan planktonnya tinggi dan sebaliknya. Kelarutan oksigen dalam air dipenagruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, kadar garam (salinitas) perairan, pergerakan air dipermukaan air, luas daerah permukaan perairan yang terbuka, tekanan atmosfer dan persentase oksigen sekelilingnya. Bila pada suhu yang sama konsentrasi oksigen terlarut sama dengan jumlah
kelarutan oksigen yang ada di dalam air, maka air tersebut dapat dikatakan sudah jenuh dengan oksigen terlarut. Bila air mengandung lebih banyak oksigen terlarut daripada yang seharusnya pada suhu tertentu, berarti oksigen dalam air tersebut sudah lewat jenuh (super saturasi). Apabila dikaitkan dengan tekanan udara dan suhu, maka kelarutan oksigen dalam air akan menurun dengan menurunnyatekanan udara dan suhu. Pada usaha pembenihan ikan air tawar di heatchery kadar oksigen terlarut dapat dioptimalkan dengan bantuan aerasi.
b. Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida atau dikenal dengan nama zat asam arang dibutuhkan secara tidak langsung oleh ikan. Dengan kata lain karbon dioksida dibutuhkan pada proses fotosintesa fitoplankton dan penentu derajat keasaman (pH) pertairan. Karbon dioksida bersenyawa dengan air membentuk asam karbonat (H2CO3) yang menghasilkan kondisi asam dalam perairan melalui disesiasi menjadi H+
dan HCO3-reaksinya adalah sebagai berikut :
CO3 + H2O H2CO3 H+
+ HCO3-
2H+
+ CO3-
Ikan akan mengalami kesulitan pernapasan pada kadar karbondioksida melebihi 15 ppm dan masih dapat hidup dengan meningkatkan oksigen terlarut di dalam air
c. pH air (derajat keasaman)
Besarnya pH suatu perairan adalah besarnya konsentrasi ion hidrogen yang terdapat di dalam perairan tersebut. Dengan kata lain nilai pH suatu perairan akan menunjukkan apakah air bereaksi asam atau basa. Secara alamiah pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 dan senyawa-senyawa yang bersifat asam. Sebagai reaksinya nilai pH perairan akan berubah menjadi rendah pada pagi hari, meningkat pada siang hari dan mencapai maksimum pada sore hari serta akan menurun kembali pada malam hari. Oleh karena itu pengukuran pH perairan dilakukan pada pagi dan sore hari, karena pada saat-saat tersebut pH air mencapai puncak terendah dan tertinggi. Untuk menciptakan kehidupan ikan dan kultur pakan alami (fitoplankton) yang baik nilai pH air diusahakan berkisar antara 6,5 – 8,5
c. Alkalinitas
Alkalinitas adalah kemampuan suatu senyawa (karbonat dan bikarbonat) yang ada dalam air untuk menetralisir asam kuat atau disebut juga sebagai penyangga (buffer). Produktifitas pembenihan ikan air tawar dapat optimal apabila mempunyai alkalinitas 50 – 200 ppm Pada perairan yang alkalinitasnya rendah, maka nilai pH dan kesadahan air juga rendah. Hal ini karena dalam perairan tersebut hanya terdapat sedikit ion Ca yang dapat meningkatkan nilai pH dan kesadahan
d. Amonia
Amonia merupakan perombakan senyawa nitrogen oleh organisme renik yang dilakukan pada perairan anaerob atau kandungan oksigen terlarut dalam air kurang. Di dalam air amonia mempunyai dua bentuk senyawa yaitu senyawa amonia bukan ion (NH3) dan berupa ion amonium (NH4+).
Dalam kaitannya dengan usaha pembenihan ikan air tawar, NH3 akan dapat meracuni ikan sedangkan NH4+ tidak berbahaya kecuali dalam konsentrasi sangat tinggi. Konsentrasi NH3 yang tinggi terjadi setelah fitoplankton mati kemudian diikuti dengan penurunan pH air disebabkan konsentarsi CO2 meningkat.
Batas pengaruh yang mematikan ikan apabila konsentarsi NH3 pada perairan tidak lebih dari 1 ppm karena dapat menghambat daya serap hemoglobin darah terhadap oksigen dan ikan akan mati kartena sesak napas.
Perombakan senyawa nitrogen pada perairan aerob akan menghasilkan senyawa nitrat yang dapat diserap oleh organisme nabati menjadi senyawa organik berupa protein
e. Nitrogen
Kandungan nitrogen yang sangat jenuh dapat membahayakan ikan karena dapat menyebabkan gas bubble disease atau emboli sebagai akibat adanya tekanan total gas. Derajat kejenuhan nitrogen 105% dapat menyebabkan gas bubble disease bagi larva ikan. f. Asam Sulfida (H2S) Asam sulfida merupakan hasil perombakan yang belum sempurna dari bahan organik yang mengandung sulfur akibat perairan yang anaerob. Hasil perombakan tersebut dapat memperbesar pengurangan oksigenterlarut dan menimbulkan bau busuk.
Senyawa sulfur organik diperairan berasal dari buangan limbah industri dan limbah rumah tangga atau ada kalanya lahan yang mempunyai kandungan sulfide seperti daerah pertambangan batubara. Konsentarsi asam sulfide yang masih relative tidak membahayakan kehidupan ikan adalah tidak lebih dari 1 mg/liter.
g. Salinitas
Salinitas ditentukan berdasarkan banyaknya garam-garam yang larut dalam air. Salinitas dipengaruhi oleh curah hujan dan penguapan (evaporasi) yang terjadi suatu daerah. Berdasarkan kemampuan ikan menyesuaikan diri pada salinitas tertentu, dapat digolongkan menjadi ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang kecil (Ctenohaline) dan ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang lebar (Euryhaline).
Golongan ikan air tawar merupakan golongan Ctenohaline yang hanya mampu hidup di perairan dengan salinitas > 30 o/oo . Umumnya salinitas air tawar relatif stabil kecuali pada muara-muara sungai dimana tempat pertemuan air tawar dan air tawar
Baca Juga : Apa Saja yang harus di persiapkan sebelum budidaya Ikan ( Pendederan)
3. Sifat biologi air
Sedangkan sifat biologi air yang banyak berperan dan perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi pembenihan ikan air tawar adalah produktivitas primer, yakni produktivitas plankton, serangga air dan benthos. Produktivitas primer sangat besar peranannya di dalam pembenihan ikan air tawar, karena berfungsi sebagai pakan alami serta penyedia oksigen terlarut dalam air bagi ikan untuk bernafas (respirasi) .
a. Plankton
Plankton merupakan jasad-jasar renik yang melayang di dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit dan selalu mengikuti arus. Plankton dibagi menjadi fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton
(plankton hewani). Berdasarkan ukurannya plankton terbagi atas makroplankton ukuran 200 – 2000 µ, mikroplankton ukuran 20 - 200µ, nannoplankton ukuran 2–20 µ dan ultra nannoplankton ukuran < 2 µ. Untuk mengambil plankton dari perairan dapat menggunakan planktonet dengan berbagai ukuran sesuai jenis plankton yang ingin di ambil.
Fitoplankton mempunyai klorofil (zat hijau daun) yang dapat membuat makanan sendiri dengan mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik melalui proses fotosintesa. Fitoplankton hidup pada lapisan perairan yang masih terdapat sinar matahari sampai pada suatu lapisan perairan yang disebut garis kompensasi (Compensation line). Zooplankton umumnya bersifat fototaksis negatif (menjauhi sinar matahari) sehingga dapat hidup di lapisan perairan yang tidak terjangkau sinar matahari. Zooplankton merupakan konsumen primer atau kelompok yang memakan fitoplankton. Dengan sifatnya yang fototaksis, zooplankton akan banyak terdapat di dasar perairan pada siang hari dan akan naik kepermukaan perairan pada malam hari atau pagi hari.
Baik fitoplankton maupun zooplankton merupakan pakan alami ikan. Keperluan pakan alami bagi pembenihan ikan air tawar sangat penting karena larva ikan sangat menyukai pakan tersebut, mempunyai kandungan protein yang tinggi untuk pertumbuhan larva dan sesuai bukaan mulut larva. Dalam kemudahan pengambilan sample plankton dipermukaan air, untuk fitoplankton dapat dilakukan setiap waktu sedangkan zooplankton hanya dapat di ambil pada malam hari atau pagi hari.
b. Serangga air
Umumnya serangga bersifat pemangsa bagi hewan air yang lebih kecil termasuk larva ikan, detritus dan alga. Jenis serangga air diantaranya kepik air (Hydrophilus), capung/kumbang air (hepa sp), kalajengking air dan Backswimsmer. Serangga air umumnya hidup diperairan tawar teapi karena dalam pembenihan ikan air tawar juga memerlukan air tawar untuk menjaga salinitas media pembenihan maka keberadaan serangga air perlu di cegah.
c. Benthos
Benthos merupakan organisme yang hidup baik di lapisan atas dasar perairan (Epifauna) maupun di dalam dasar perairan (Infauna) dan dapat menjadi pakan alami bagi ikan atau sebaliknya apabila dalam jumlah banyak menjadi penyaing atau predator bagi ikan. Secara ekologi bentos yang berperan penting di perairan adalah zoobentos. Berdasarkan ukurannya zoobenthos digolongkan atas empat jenis yaitu Megalobenthos ukuran > 4,7 mm, Makrobentos ukuran antara 4,7 mm – 1,4 mm, Meiobenthos ukuran antara 1,3 – 0,59 mm dan Mikribenthos ukuran antara 0,5 mm – 0,15 mm. Memeriksa/mengontrol kualitas air Pemeriksaan parameter kualitas air pemeliharaan dilakukan secara kontinue selama pemeliharaan benih ikan untuk memantau mutu air budidaya.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan-peralatan
antara lain :
1. Termometer air, untuk suhu
2. DO meter, untuk kelarutan oksigen
3. Salinometer, untuk salinitas
4. pH meter, untuk pH
5. Current meter, untuk arus air
6. Secchi disk, untuk kecerahan air
7. Aquatester, untuk berbagai parameter kulaitas air dengan metode kit menggunakan berbagai bahan kimia.
Melakukan pergantian air
Salah satu kegiatan pengelolaan air di kolam atau tambak adalah melakukan pergantian air sesuai jadwal atau kebutuhan. Pergantian air dapat dilakukan dengan sirkulasi berjalan yaitu dengan membuka saluran pemasukan dan pengeluaran air secara bersamaan, dan pergantian sebagian air dengan menutup saluran pemasukan sedang saluran pengeluaran dibuka sampai ketinggian tertentu. Selanjutnya diisi kembali seperti ketinggian semula.
Tujuan pergantian air adalah :
1. Membuang kotoran
2. Mengurangi kepadatan
3. Mengencerkan gas-gas yang membahayakan ikan